Ironi Ibrahimovic
Okdwitya Karina Sari - detiksport
Barcelona - Motif terbesar Zlatan Ibrahimovic hijrah ke Barcelona adalah demi trofi Liga Champions yang tak kunjung didapatnya di Inter Milan. Tetapi kini, justru tim yang ditinggalkannya itu menjadi kandidat juara.
Alasan utama Ibra menyetujui pertukaran ini disebut-sebut karena si pemain menginginkan trofi Eropa. Selama ia berada di sana, Nerazzurri selalu melempem di turnamen klub paling bergengsi di Eropa itu.
Prestasi terbaik Inter dalam sejak era Liga Chammpions pada 1992 silam cuma sampai babak semifinal. Peristiwa tersebut terjadi pada 2002-03, saat mereka harus mengakui keunggulan AC Milan yang kemudian jadi juara.
Sementara Barcelona dinilai memiliki 'prospek' yang lebih menjanjikan. Setidaknya jika menilik performa yang diperlihatkan tim Catalan itu pada musim lalu ketika enam gelar berhasil disapu bersih.
Akan tetapi, hasil pertandingan yang digelar Kamis (29/4/2010) dinihari WIB tadi menjadi mimpi buruk buat Ibra. Kemenangan 1-0 Barcelona di semifinal kedua menjadi tiada artinya.
Gol tunggal yang dibuat Gerrard Pique di menit 84 itu tidak mampu meredam laju Inter ke Santiago Bernabeu, venue partai final dihelat. El Barca masih kalah agregat 2-3, usai takluk 1-3 di pertemuan pertama pekan lalu.
Hasil ini seakan menjadi ironi buat Ibracadabra. Inter yang ditinggalkannya justru berhasil mencapai apa yang diimpikannya. Namun kenyataan pahit Ibrahimovic belum berhenti.
Ada satu fakta unik soal striker berpaspor Swedia ini. Ibrahimovic tercatat selalu berhasil mengantarkan juara liga kepada tiap klub yang dibelanya yakni Ajax Amsterdam (2), Juventus (2), Inter (3) sedangkan Barca menjadi kandidat kuat juara La Liga musim ini. Namun, dia selalu gagal merengkuh gelar Liga Champions.