View Single Post
Old 16-06-2009, 08:54 PM   #2
rondwisan
moderator
 
rondwisan's Avatar
 
Join Date: Jun 2009
Location: Soe Rock Bo Yo - Nga Lam vv
Posts: 35,048
Thanks: 1,500
Thanked 4,736 Times in 2,701 Posts
Mentioned: 567 Post(s)
rondwisan has a reputation beyond reputerondwisan has a reputation beyond reputerondwisan has a reputation beyond reputerondwisan has a reputation beyond reputerondwisan has a reputation beyond reputerondwisan has a reputation beyond reputerondwisan has a reputation beyond reputerondwisan has a reputation beyond reputerondwisan has a reputation beyond reputerondwisan has a reputation beyond reputerondwisan has a reputation beyond repute
Visit rondwisan's Facebook Visit rondwisan's Twitter
Default

LiputanBola.com - 2008-04-23 11:51:01
Memori 1999 dalam Benak Collina



Sosok wasit yang satu ini sangat populer di mata pecinta sepakbola, tidak hanya di Italia, tapi juga di seluruh dunia. Selain sikapnya yang tegas dan tak kenal kompromi di atas lapangan, ada ciri khas lain yang membuat wajah Pierluigi Collina—nama sang wasit—begitu membumi. Yaitu, tatapan dan sorot matanya.

Di sepanjang karirnya sebagai pengadil di lapangan hijau, Collina—yang lahir di Bologna 48 tahun yang lalu—kerap ditunjuk menjadi wasit di sejumlah partai-partai penting, baik dalam event domestik (Liga Serie A Italia), ajang regional (Piala Eropa dan Liga Champions), dan Piala Dunia (PD). Puncaknya, pada 30 Juni 2002, FIFA memercayakan Collina untuk menjadi sosok sentral di Stadion Internasional Yokohama, Jepang, venue babak final PD 2002 antara Brasil versus Jerman.

Menjelang first-leg babak semifinal Liga Champions antara Barcelona versus Manchester United yang akan digelar di Nou Camp, Rabu, 23 April, malam nanti, sosok Collina kembali dibicarakan. Pasalnya, dalam benak Collina, Nou Camp menyimpan nostalgia tersendiri. Hampir sembilan tahun yang lalu, tepatnya 26 Mei 1999, Collina ditunjuk UEFA untuk menjadi wasit di babak final Liga Champions antara Bayern Muenchen versus MU.

Ketika itu, sampai 90 menit normal pertandingan, Muenchen yang unggul 1-0 sejak menit keenam babak pertama, hanya tinggal menunggu peluit akhir Collina untuk memastikan diri meraih gelar untuk kelima kalinya. Namun, apa daya, takdir berkata lain. Dalam 112 detik injury time, anak-anak asuhan Sir Alex Ferguson mampu membalikkan keadaan lewat gol Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer.

“Saya harus mengatakan saya benar-benar beruntung bisa menjadi pengadil di sejumlah pertandingan besar dan bergengsi. Saya merasa sangat terhormat bisa mewasiti final Piala Dunia. Namun, saya selalu mengingat partai United versus Muenchen,” terang Collina seperti yang dikutip Daily Telegraph.

Alasannya? “Banyak. Yang pertama-tama dan selalu membekas dalam ingatan saya adalah ketika melihat dan mendengar reaksi fans MU ketika mereka mencetak gol kedua (Solskjaer). Gemuruhnya benar-benar luar biasa. Seperti auman (raungan) singa,” terang Collina.

Lalu, “Yang kedua, reaksi para pemain Bayern. Mereka sangat terpukul. Saya tidak melupakan suasana saat itu, terutama melihat kesedihan yang begitu mendalam dari diri Lothar Matthaus (kapten Muenchen) saat ia menatap trofi Champions,” terang Collina.

Kegagalan Muenchen meraih gelar Liga Champions saat itu merupakan lembaran hitam dalam karir Matthaus. Meskipun berhasil mengantarkan Muenchen menjadi jawara Bundesliga sebanyak tujuh kali, juara Piala Jerman tiga kali, UEFA Cup dua kali, plus menjadi sosok sentral di balik kejayaan Timnas Jerman di PD 1990, sampai gantung sepatu, Matthaus tak pernah merasakan nikmatnya mengangkat trofi Liga Champions.
rondwisan is offline   Reply With Quote
The Following User Says Thank You to rondwisan For This Useful Post: