moderator
Join Date: Jun 2009
Location: Soe Rock Bo Yo - Nga Lam vv
Posts: 35,048
Thanks: 1,500
Thanked 4,736 Times in 2,701 Posts
Mentioned: 567 Post(s)
|
Quote:
Originally Posted by Craze_26
WORLD CUP 1994 - USA [THE ANDRES ESCOBAR MURDER]
Andres Escobar Saldarriaga (13 Maret 1967 - 2 July 1994)
Andres Escobar, defender Colombia, mungkin lebih dikenal oleh seluruh dunia setelah tragedi pembunuhan atas dirinya oleh seorang bodyguard yang merupakan pendukung Colombia yang kecewa atas gagalnya Colombia lolos ke babak Knock-Out stage Piala Dunia 1994 karena gol bunuh diri Escobar.
Colombia yang pada saat itu merupakan salah satu team yang diprediksikan oleh beberapa pihak pundit dan sebagian besar rumah taruhan sebagai team yang memiliki peluang lolos dari babak group stage yang berisikan Romania, Swistzerland dan Amerika Serikat, terpaksa mengecewakan semua pihak oleh karena gol bunuh diri Andres Escobar ketika menghadapi Amerika Serikat, dimana Colombia kalah 2-1 dari Amerika.
Gol Bunuh diri Escobar tersebut berujung dengan terbunuhnya Andres Escobar di kota Medelin, Colombia oleh seorang fans Colombia yang merasa kecewa.
Pria bernama Humberto Munoz Castro, yang bekerja sehari-hari bekerja sebagai seorang bodyguard menembakkan 12 peluru ke tubuh Andres Escobar sepulangnya Escobar dari Amerika Serikat setelah Colombia gagal lolos ke babak Knock-Out. Saksi yang menyaksikan pembunuhan Escobar didepan sebuah Cafe mengatakan bahwa si penembak Escobar berteriak "Goooooolll" setiap kali menyarangkan sebuah peluru di tubuh Escobar. Andres Escobar menghembuskan nafas terakhirnya di tempat kejadian.
Humberto Munoz Castro dihukum penjara selama 43 tahun setelah terbukti bersalah oleh pengadilan Colombia, hukuman tersebut kemudian dikurangi menjadi 26 tahun setelah pihak Humberto Castro mengajukan banding dan akhirnya Humberto Castro dibebaskan setelah menjalankan 11 tahun hukuman penjara karena berkelakuan baik selama 11 tahun didalam tahanan.
Hingga saat ini nomor punggung Andres Escobar - Nomor 2 - diabadikan di team nasional Colombia dan di klub Medelin Atletico Nacional, klub terakhir yang dibela oleh Escobar.
Andres Escobar juga dikenal dengan julukan "El Caballero de Futbol" atau Pria terhormat sepakbola atau pahlawan sepakbola.
Source: FIFA.com ; Wikipedia.com; News.BBC.co.uk
|
Quote:
Originally Posted by Mahesa_Jenar
Tragedi Superga
sebelum tanggal 4 Mei 1949, Torino adalah salah satu klub tersakti di kolong langit sepakbola Italia. Saking jagonya, klub itu menyumbang nyaris setengah pemain untuk tim nasional Italia. Torino juga memanangi empat kali juara liga secara beruntun mulai tahun 1946 sampai 1949. Tapi semua itu lenyap dalam sekejap. Tanggal 4 Mei 1949, nyaris sama seperti Munich disaster, pesawat yang ditumpangi oleh para pemain Torino jatuh dan terbakar di bukit Superga ketika tim berjuluk 'Il grande Torino' Atau "Torino yang Hebat" itu pulang dari sebuah pertandingan persahabatan melawan Benfica di Lisbon untuk testimonial pemain Benfica, Jose Fereira.
Pesawat Italian Airlines Fiat G212CP tersebut terjebak badai di atas udara Superga yang sedang buruk dan berjarak pandang sangat terbatas. Pihak yang berwenang menyatakan kecelakaan itu disebabkan oleh kabut, badai, kerusakan navigasi pesawat dan buruknya komunikasi dengan bandara. Pesawat tersebut menabrak bukit Superga dan meledak, menewaskan semua penumpang termasuk 18 pemain Torino, club official, jurnalis, dan awak pesawat.
Korban :
Pemain
* Valerio Bacigalupo
* Aldo Ballarin
* Dino Ballarin
* Milo Bongiorni
* Eusebio Castigliano
* Rubens Fadini
* Guglielmo Gabetto
* Ruggero Grava
* Giuseppe Grezar
* Ezio Loik
* Virgilio Maroso
* Danilo Martelli
* Valentino Mazzola
* Romeo Menti
* Piero Operto
* Franco Ossola
* Mario Rigamonti
* Julius Schubert
Club official
* Arnaldo Agnisetta, manager
* Ippolito Civalleri, manager
* Egri Erbstein, trainer
* Leslie Lievesley, coach
* Ottavio Corina, masseur
Jurnalis
* Renato Casalbore, (founder of Tuttosport)
* Luigi Cavallero, (La Stampa)
* Renato Tosatti, (Gazzetta del Popolo)
Kru Pesawat
* Pierluigi Meroni, captain
* Antonio Pangrazi
* Celestino D'Inca
* Cesare Biancardi
Lainnya
* Andrea Bonaiuti, organiser
Dua pemain yang selamat dari kejadian itu adalah Sauro Tomà yang batal ikut karena cedera, dan Ladislao Kubala, pemain asli Portugal yang memilih tinggal sebentar di rumahnya karena anaknya sakit. Torino terpaksa meneruskan kompetisi dengan menurunkan pemain Primavera mereka. Torino gagal meraih gelar juara sampai tahun 1976. dan kecelakaan itu juga mengguncang timnas Italia dimana sepuluh pemain Torino ada di dalamnya termasuk kapten legendaris mereka, Valentino Mazzola. Kejadian itu pula yang, disadari atau tidak, telah menyusutkan kehebatan Torino dari klub raksasa menjadi klub medioker sampai saat ini, dan entah sampai kapan.
from wikipedia
|
Quote:
KompasBola.com - 17/12/2008 | 07:00 WIB
Tragedi Superga: Tewasnya Bakat Italia
Pesawat jenis FIAT G-212 CP yang membawa para pemain Torino, hancur berantakan dan menewaskan penumpangnya.
SENJA itu, hujan turun di bagian utara Italia. Petir berkilat seiring derasnya hujan. Alam seperti tidak bersahabat lagi. Malang, sebuah pesawat dari Lisabon menuju Turin terlanjur mengudara.
Seperti belalang tersapu angin, pesawat nahas itu tak mampu mengendalikan diri. Krasss... Sayap pesawat menabrak Superga, bukit setinggi 670 meter di pinggiran Kota Turin. Pesawat pun meledak dan semua penumpang tewas mengenaskan.
Peristiwa yang terjadi pada pukul 17.04 waktu Italia, 4 Mei 1949 tersebut, merupakan lembar buram sejarah sepak bola Italia. Tak sekadar merenggut 31 jiwa. Lebih dari itu, kecelakaan itu juga memutus rantai sebuah generasi emas.
Bayangkan, 18 dari 31 penumpang yang tewas tersebut merupakan skuad inti Torino, tim tertangguh di Italia dan salah satu tim terkuat di Eropa. Pada saat itu, Torino adalah raja. Juventus atau Milan tak berkutik. Torino berhasil menobatkan diri sebagai juara sejati Italia dengan mengangkangi takhta Serie A dari 1943 sampai 1949 tanpa putus.
Yang lebih tragis, 70 persen kekuatan Timnas Italia juga ada di Torino. Klub berjulukan "El Toro" itu menyumbang 7 pemain untuk "Gli Azzurri". Salah satunya, Valentino Mazzola, kapten dari segala kapten, ayah dari legenda Inter Milan, Sandro Mazzola.
Valentino merupakan pemain paling karismatis di Italia. Pria yang telah mencetak 100 gol di Serie A sebelum umurnya menginjak 30 tahun ini dianggap seperti jenderal oleh teman-temannya. Nakhoda kapal "Gli Azzurri" ada di tangannya.
Hasilnya bisa ditebak. Pascakecelakaan tersebut, pamor Torino langsung padam. Takhta Serie A musim 1949-1950 pun dicuri kembali oleh Juventus. Yang lebih parah, Torino tak bisa lagi mempertahankan kebesarannya—saat itu Torino merupakan salah satu klub paling bergengsi di Italia. Akibat kehilangan kekuatan satu generasinya, Torino terduduk dan tak mampu bangkit lagi sampai saat ini.
Begitu juga nasib Timnas Italia. Setelah pada 2 Piala Dunia sebelumnya berhasil jadi juara, "Gli Azzurri" berubah jadi macan ompong. Hampir semua kekuatannya musnah seiring meledaknya pesawat di Bukit Superga. Hasilnya, pada Piala Dunia 1950, Italia hanya mampu meringis, tersingkir di babak penyisihan, dan Italia baru bisa bangkit lagi 33 tahun kemudian, saat menjuarai Piala Dunia 1982 di Italia.
Undangan maut
Petaka itu berawal dari undangan. Terbetik kabar, Kapten Benfica dan Timnas Portugal, Francisco Jose Ferreira, berniat gantung sepatu. Ferreira lalu mengundang sahabat dan pemain yang paling dihormatinya, Valentino Mazzola, untuk melakukan pertandingan persahabatan di Portugal.
“Aku ingin Torino menghadiri pertandingan terakhirku sebelum aku gantung sepatu. Kalian merupakan klub terkuat di Eropa. Aku yakin, dengan bertanding melawan kalian masyarakat akan berduyun-duyun datang ke stadion,” pinta Ferreira kepada Mazzola. Sang Kapten Torino pun menjawab, “Aku akan minta izin kepada Novo (Presiden Torino). Jika dia setuju maka aku akan datang ke pesta perpisahanmu,” jawab Mazzola.
Manajemen Torino tak keberatan. Asal, Mazzola dkk tetap harus tampil maksimal saat berlaga melawan Inter Milan yang digelar satu hari sebelumnya. Mazzola setuju. Pertandingan berakhir imbang 0-0, tetapi itu sudah cukup bagi Torino untuk memastikan diri keluar sebagai juara.
Pada Minggu, 3 Mei 1949, Mazzola dkk terbang ke Lisabon, Portugal, untuk berduel dengan Benfica. Ribuan orang menonton partai terakhir Ferreira tersebut. Pertandingan berjalan seru. Gol demi gol dilesakkan masing-masing tim. Benfica lebih beruntung. Jawara Liga Portugal itu menang tipis, 4-3.
Keesokan harinya, Tim Torino berangkat pulang ke Italia. Menumpang pesawat jurusan Barcelona-Turin yang transit di Benfica pada pukul 15.15, Mazzola dkk pulang dengan perasaan riang. Mereka benar-benar tidak tahu bahwa malaikat maut telah menunggu hanya dalam hitungan jam. Duh..
Satu jam pertama, pesawat terbang normal. Sayang, saat tiba di langit Italia, hujan turun dengan deras. Badai datang menghantam. Sekitar pukul 16.45, radio bandara Kota Turin mendapat berita dari pilot pesawat bahwa cuaca sangat buruk. Awan tebal menyelimuti Kota Turin. Di daerah Superga, mata pilot hanya bisa menjangkau pada radius 40 meter.
Pilot pesawat dan menara pemantau di bandara Turin saling memberi kabar. Malang tak dapat dihindari. Pada pukul 17.04, sinyal radio dari pesawat tiba-tiba terputus. Pihak bandara pun tak bisa menerka apa yang telah terjadi. Selang beberapa menit kemudian, pada pukul 17.12, kepolisian kawasan Superga memberi kabar bahwa ada kecelakaan tragis. Sebuah pesawat membentur Bukit Superga. Semua penumpangnya tewas mengenaskan.
Italia terperangah. Perih menusuk di semua dada orang Italia. Para legenda sepak bola mereka tewas mengenaskan. Ratusan polisi dan tenaga sukarelawan menyerbu ke lokasi. Mereka mencoba menolong seolah tak percaya bahwa para korban telah tewas. Konglomerat Giovanni Agnelli dan pelatih legendaris Vittorio Pozzo sampai ikut turun ke lapangan untuk membantu sekuat tenaga.
Semua sia-sia. Rantai emas sepak bola Turin dan Italia telah putus. Italia pun menangis. (Yoyok/Soccer)
Info Tragedi Superga
Jenis: Kecelakaan pesawat
Lokasi: Superga, Turin (Italia)
Tanggal: 4 Mei 1949
Korban: 31 orang tewas
Info pesawat
Jenis: FIAT G-212 CP
Perusahaan: Avio Linee Italiane
Daya tampung: 32 orang
Rute: Barcelona–Turin
Kronologi
Lisabon – Berangkat pukul 15.45. (4 Mei 1949)
Bukit Superga – Pulul 17.04. Hujan deras. Penglihatan pilot pesawat terganggu. Pilot coba melakukan pendaratan darurat. Sayang, sayap kiri pesawat menabrak bukit. Pesawat pun meledak.
Para Korban
Turin – Ribuan masyarakat Italia mengadakan upacara penghormatan untuk para korban. Berikut adalah para korban.
Pemain Torino
V Bacigalupo, G Gabetto, V Mazzola, To Ballarin, R Grava, R Menti, D Ballarin, C Grezar, P Operto, Bongiorni, Loik, F Ossola, And Castigliano, V Maroso, M Rigamonti, R Fadini, D Martelli, dan J Schubert.
Manajemen Torino
Civelleri, To Agnisetta, And Egrierbstein, L Lievesley, dan Or Cortina.
Wartawan
R Casalbore, L Cavallero, dan R Tosatti.
Kru pesawat
C Bianciardi, To Pangrazzi, C D' Inca, To Bonaiuti, Colonn, dan Meroni.
|
Quote:
Originally Posted by cEsc
^^
maaf.....
pengetahuan saya tentang tragedi/bencana yg berhubungan dengan tewasny suporter atau pmain arsenal sendiri bener-bener nihil.
mungkin krn pengetahuan gw tentang arsenal msh kurang atau memang ngga ada/ngga pernah terjadi hal seperti di arsenal.
cuma yg saya ingat (tepatny pernah baca)
pd skitaran thn 98 (klo g salah) pernah terjadi suatu insiden (ngga tau ini msk kategori tragedi/bencana apa bukan), saat arsenal tandang ke markas coventry city, seorang security staff dr coventry tertabrak oleh bus pmain arsenal.
sehingga menyebabkan luka parah dikepala security itu.
dia dilarikan kerumah sakit, tapi setelah bertahan selama lima hari...akhirny dia meninggal.
cuma itu saja yg gw tau tentang insiden yg berubungan sm arsenal.
cuma berdasarkan ingatan aj pas baca dimana lupa gw.
males nyari2 di wiki atw segala macem.
sorry...hehe.....^^v
|
.............................
Last edited by rondwisan; 01-08-2009 at 10:47 AM..
|