Middle East Football

[Andi Istiabudi]

Satu lagi pemain top Eropa bermain di Timur Tengah ...

Juventus Lepas Luca Toni Menuju Al Nasr

Bola.net - Juventus melalui Direktur Umum Beppe Marotta memastikan jika pihak klub sudah melepas Luca Toni menuju klub UEA, Al Nasr.

Sebelumnya pihak Al Nasr memastikan jika mereka sudah mendapatkan tanda tangan pemain berusia 34 tahun itu. Dan sekarang Marotta kepada RAI memastikan jika Al Nasr akan memperkenalkan Toni sebagai pemain baru mereka hari ini (30/01).

"Kepindahan Toni menuju Al Nasr memang belum secara resmi diperkenalkan, namun sepertinya hal itu akan dilangsungkan besok (30/01)," ucap Marotta.

Toni yang tak sekalipun tampil di musim ini, bakal bergabung bersama mantan penjaga gawang Azzurri, Walter Zenga di Dubai. Sebelum hijrah ke Dubai Toni menghabiskan waktunya malang melintang di Eropa bersama dengan Bayern Munich, AS Roma, Fiorentina, Palermo. Dirinya juga turut ambil bagian saat Italia memenangkan Piala Dunia di tahun 2006 silam.

Bergabungnya Toni, sepertinya bakal menutup peluang striker Birmingham City, Nikola Zigic yang sebelumnya ditawarkan oleh agennya untuk bergabung dengan Al Nasr. (rai/mac)

[Andi Istiabudi]

Semoga kejadian berdarah tersebut tidak akan pernah terulang kembali ...

Syok Tragedi Mesir, Pemain Al-Ahly Berniat Akhiri Karir

Bola.net - Tragedi kerusuhan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa di Mesir meninggalkan trauma pada salah satu pemain Al-Ahly, Emad Meteab yang mengaku tak lagi ingin bermain sepak bola setelah insiden tersebut.

Kerusuhan yang muncul di kota Port Said ketika Al-Ahly dikalahkan tuan rumah Al-Masry dalam laga yang diakhiri dengan serbuan suporter tuan rumah ke lapangan itu dikabarkan menelan korban jiwa hingga 74 orang.

Dalam salah satu insiden paling mematikan sepanjang sejarah olah raga, kekerasan segera muncul setelah wasit meniup peluit panjang tanda akhir pertandingan, dan fans tuan rumah yang melemparkan batu, botol bahkan kembang api ke arah suporter tamu.

Kepanikan itu membuat para suporter dan pemain Al-Ahly berlarian ke segala penjuru demi menyelamatkan diri - bahkan foto para pemain yang bercucuran darah pun tersebar di dunia maya, dan memori itu rupanya membekaskan trauma di benak Meteab.

"Ada mayat-mayat bergelimpangan di tanah. Ada mayat di ruang ganti. Saya tak akan bermain sepak bola lagi sampai mereka mendapatkan keadilan," ucapnya gusar sebagaimana dilansir AFP dari channel klub.

Sementara kementerian kesehatan membenarkan jika korban jiwa sudah mencapai 74 orang termasuk satu orang polisi - sebagian besar karena terinjak-injak saat kerusuhan, namun staf medis juga menyebutkan ada beberapa korban yang mengalami luka tusuk.

Untuk jumlah korban luka-luka sendiri masih simpang siur setelah televisi nasional menyebut sekitar 1.000 orang cedera, namun Kementerian Dalam Negeri mengklaim jumlahnya hanya 248. (afp/row)

[zudomiriku]

Egypt coach Bob Bradley marches with protestors after stadium violence



It's been less than five months since former U.S. coach Bob Bradley took over Egypt's national team in the wake of the country's upheaval and revolution. A revolution that now appears directly related to the stadium massacre at Port Said on Wednesday, believed to be premeditated revenge from pro-Mubarak thugs. The Egyptian Premier League has been suspended indefinitely, the country's Football Association has been disbanded by prime minister Kamal el-Ganzouri and distraught players have retired. Despite all this violence and chaos, Bradley and his wife Lindsay both marched alongside protestors expressing their anger and fighting back against the Interior Ministry that let them down instead of thinking about their own future in Egypt.

From Goal.com:

"I have not thought about this at all today," Bradley told Egyptian soccer website Stad El Ahly. "Our thoughts today are with the families of the victims. We wanted to show respect for the people who lost their lives and for the people who are most affected by this tragedy."

Bradley was attending a match between Al Ismailia and Zamalek in Cairo (that was eventually abandoned) when the attack in Port Said broke out. The next day, after taking in the disturbing scenes, the Bradleys showed their solidarity with the thousands who once again took the streets to show their outrage.

[zudomiriku]

More Cairo clashes after Port Said football deaths

At least four people have been killed in the latest unrest in Egypt, amid anger over 74 deaths after a football match in Port Said on Wednesday.



Many Egyptians blame the authorities for failing to protect fans.

Egypt's military rulers issued a statement calling for the country to unite and return to stability.

A building opposite the ministry which houses the property tax authority was set on fire, state TV reported.

A demonstrator and a soldier died on Friday in the clashes in Cairo as police fired tear gas at stone-throwing crowds. At least two people were also killed in Suez.

Ambulances and motorcycles ferried many of the injured to field hospitals.

The health ministry said 1,051 people were injured on Friday, the AFP news agency reported.

In its statement, the Supreme Council of the Armed Forces (Scaf) said Egypt was passing through "the most dangerous and most important phase in Egypt's history".

Revenge for revolution?

The latest bout of unrest began on Wednesday, after a pitch invasion in Port Said, when Cairo's visiting al-Ahly side were attacked after losing to the local al-Masry side. Seventy-four people died and more than 1,000 were injured.

Most of the dead were believed to be al-Ahly supporters. Hardcore fans - known as "ultras" - have accused the authorities of allowing the killings to happen.

They say the authorities wanted revenge because the ultras were among those battling the police during last year's revolution that ousted strongman leader Hosni Mubarak.

Anger over the deaths has combined with widespread frustration at the pace of reforms undertaken by Egypt's interim military rulers.

On Thursday, about 10,000 protesters clashed with police outside the interior ministry in Cairo. More than 1,000 were injured, the health ministry said.

Some 54 police officers and soldiers were also reported hurt.

Spreading unrest

By Thursday night, the unrest had spread across the country. Two people were shot dead in Suez as a crowd of hundreds attempted to overrun a police station.

On Friday, protests resumed outside the interior ministry, where at least one protester was reported dead. A soldier also died from injuries sustained on Thursday, state media said.

The demonstrators say they do not want to storm the ministry, but to hold a sit-in in front of it, the Associated Press reports.

One of the demonstrators, who gave his name as Ahmed, told the BBC: "We need to remain peaceful, and right now we can't.

"If people go to the interior ministry, they are attacked by security forces. The protesters are peaceful; they aren't attacking anyone, but we can't win like this," he said.

In Alexandria, a protest march headed for the regional offices of the military government.

Protester Wael Nawara told the BBC's Network Africa programme that many middle-ranking officers loyal to the former president were still in charge at the ministry and were "conspiring against revolution".

"There have been many calls throughout the last few months of restructuring the ministry of interior to bring the officers who are responsible for earlier deaths to trial, but nothing really has changed much in the behaviour of the ministry," he said.

The government has dismissed several senior officials in response to the football deaths.

Port Said's director of security and the head of investigations were suspended and are now in custody.

http://bleacherreport.com/tb/bdMVl?utm_source=newsletter&utm_medium=newsletter&utm_campaign=world-football

[Andi Istiabudi]

Mudah-mudahan peristiwa berdarah tersebut tidak akan pernah terulang kembali ...

FIFA Ulurkan Bantuan Untuk Korban Tragedi Port Said

Bola.net - Otoritas tertinggi sepak bola dunia, FIFA sudah mengulurkan bantuan sebesar US$250.000 untuk keluarga korban tragedi kekerasan di Port Said, Mesir pekan lalu.

Lebih dari 70 orang dilaporkan menjadi korban jiwa dalam kericuhan di akhir pertandingan Liga Mesir antara tuan rumah Al-Masry menjamu Al-Ahly tanggal 1 Februari silam.

FIFA mengumumkan jika mereka akan berkontribusi dalam dana bantuan yang disiapkan oleh kubu Al-Ahly, sebagaimana diungkapkan oleh presiden FIFA, Sepp Blatter.

"Saya menyatakan setelah tragedi jika hari itu adalah hari kelam untuk sepak bola. Saya masih syok dengan apa yang terjadi. Banyak dari korban adalah mereka yang masih berusia muda," tutur Blatter.

"Juga ada dukungan krusial untuk keluarga mereka, yang sangat membutuhkan bantuan. Komunitas sepak bola, termasuk FIFA, harus membantu saudara dan saudari mereka di Mesir."

FIFA sendiri sudah meminta laporan lengkap atas insiden tersebut di mana beberapa pihak menuding pihak angkatan bersenjata Mesir tak melakukan apapun untuk mencegah terjadinya kekerasan. (espn/row)

[Andi Istiabudi]

Congrats to Adel Taarab

Adel Taarabt Terpilih Sebagai Pemain Terbaik Arab



Bola.net - Pemain internasional Maroko, Adel Taarabt, Senin (05/03) terpilih sebagai pemain bola terbaik Arab setelah para wartawan terkemuka Arab melakukan suatu pemungutan suara, demikian menurut harian olahraga Aljazair, Le Buteur.

Pemain berusia 22 tahun tersebut, yang baru-baru ini bermain bagi tim Liga Utama Inggris, QPR, yang tengah berjuang bertahan di kasta tertinggi EPL.

Taarabt mengalahkan perolehan suara bintang Aljazair, Ryad Boudebouz, yang bermain bagi tim Liga Utama Prancis bersama Sochaux, dalam pemungutan suara itu. (afp/lex)

[Andi Istiabudi]

Maradona mungkin kecewa juga nih dengan sikap pemain asuhannya ...

Kiper Al Wasl Terkena Sanksi Larangan Bermain 17 Pertandingan



Bola.net - Kiper Al Wasl, Majed Nasser akhirnya harus menanggung akibat dari perbuatannya. Ia terkena sanksi larangan bermain sebanyak 17 pertandingan setelah mendorong kepala pelatih Al Ahli, Sanchez Florez.

Keputusan tersebut diambil oleh Komite Disiplin karena sikap yang tak pantas dari Nasser. Kiper tersebut bukan hanya bersikap tak sopan terhadap pelatih Al Ahli namun dikabarkan juga bahwa ia menentang keputusan wasit serta bertengkar dengan striker Al Ahli, Grafite di ruang ganti pemain.

"Komite Disiplin memberikan larangan bermain 17 pertandingan bagi Majed Nasser," pernyataan klub besutan Diego Maradona tersebut di akun twitternya.

Nasser sendiri telah berkunjung ke rumah Sanchez untuk meminta maaf atas perbuatannya. Ofisial dari Al Wasl menjelaskan bahwa pelatih Spanyol tersebut sudah menerima permintaan maafnya.

Ini bukan pertama kalinya Nasser mendapat sanksi larangan bertanding dalam jumlah yang besar. Ia pernah mendapatkan larangan bertanding sebanyak 13 pertandingan namun akhirnya dikurangi 5 pertandingan setelah banding dari pihak klub. Sanksi tersebut diberikan setelah ia berkonfrontasi dengan wasit garis saat timnya melawan Al Jazira. (tn/Rev)

[Andi Istiabudi]

Semoga suatu saat mimpi mereka terkabul

Mimpi Piala Dunia Juga Milik Palestina
Meylan Fredy Ismawan - detikSport



Jakarta - Di sebuah stadion di Al-Bireh, Palestina, Adam, seorang bocah laki-laki berusia tiga tahun tengah berlari dan mencoba mengoper bola sesuai dengan instruksi pelatih. Ia sedang mengejar mimpi ke Piala Dunia.

Adam, yang ukuran badannya tidak berbeda jauh dengan bola yang sedang dia mainkan, adalah satu dari sekian banyak bocah yang mengikuti sekolah sepakbola yang dijalankan oleh sebuah organisasi non-pemerintah bernama Palestine: Sports for Life (PS4L).

Lewat program pembinaan usia dini yang mereka canangkan, PS4L berkeinginan melahirkan bintang-bintang baru yang bisa membantu negara mereka berprestasi. Tak main-main, mereka membidik turnamen sekelas Piala Dunia.

Berdiri sejak tahun 2010, PS4L menggandeng sejumlah atlet lokal demi membawa Palestina ke level sepakbola yang lebih tinggi. Harapannya, negara mereka sudah jadi salah satu peserta putaran final Piala Dunia pada tahun 2022.

"Tujuan utamanya adalah menghasilkan pemain-pemain berkualitas yang mampu mewakili Palestina di Piala Dunia 2022. Ini adalah visi kami dan mimpi mereka," terang pimpinan PS4L, Tamara Awartani, kepada AFP.

Awartani menjelaskan, sekolah miliknya yang berisi anak-anak usia 3-12 tahun mengajarkan teknik-teknik dasar bermain bola, juga permainan tim, disiplin, dan komunikasi antarpemain. Agar materi latihan juga makin berbobot, pelatih-pelatih yang dipakai pun juga dari liga teratas Palestina.

Istimewanya, PS4L tak cuma melatih anak-anak tersebut di Al-Bireh saja. Mereka juga memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengikuti pelatihan berlevel internasional di negara lain seperti Yordania atau Turki.

"Kami sedang mencoba untuk menciptakan tempat bagi anak-anak ini untuk melakukan aktivitas daripada cuma nonton TV, main Facebook, atau video game," jelas Awartani.

Palestina memang bukan negara kuat di sepakbola. Jangankan lolos ke Piala Dunia, negara yang menghuni peringkat 162 FIFA ini juga masih keteteran di level Asia. Dalam ujicoba di Solo tahun lalu, tim senior mereka juga kalah 1-4 dari Indonesia.

Meski demikian, mereka tetap berani bermimpi dan telah berbuat agar mimpinya kelak terwujud. Seperti halnya PS4L, bocah-bocah Palestina yang mengikuti sekolah sepakbola ini juga yakin akan ada di Qatar sepuluh tahun mendatang.

"Saya akan ada di tim 2022," seru Karim Omar (10 tahun), yang disebut-sebut sebagai salah satu anak paling berbakat.

"Saya sudah memulai bersepakbola saat saya masih muda, dan saya ada di sini untuk ada di tim nasional tahun 2022," kata anak yang lain, Mustafa Shaltaf (12 tahun).

PS4L tak mau setengah-setengah dalam menjalankan programnya. Mereka rela mengeluarkan uang untuk menyewa Stadion Internasional Majed Assad dua kali sepekan demi mendapatkan lapangan yang layak untuk latihan. Sebagai konsekuensinya, mereka harus mengalah kalau ada tim profesional yang berlatih atau bertanding.

"Mereka harus terbiasa merasakan kualitas sedari bocah, Anda tak pernah belajar pemainan dengan benar tanpa stadion yang nyata," kata Awartani.

"Dengan semua talenta yang kami miliki kami akan membentuk sebuah tim di bawah nama kami yang akan ambil bagian di liga U-12 dan U-14," tambahnya.

"Kami punya begitu banyak bakat di sini yang harus disempurnakan dan dikembangkan, sehingga suatu hari nanti mereka dapat mewakili Palestina secara internasional," pungkas dia.

[Andi Istiabudi]

Satu lagi bintang dunia bermain di kawasan Timur Tengah.
Raul Gonzalez setuju memperkuat klub Liga Qatar, Al Sadd. Tampaknya Raul juga akan memilih pensiun sebagai pemain disana

[Andi Istiabudi]

Zidan ke Emirat


Penyerang Mesir, Mohamed Zidan (kiri), merayakan golnya ke gawang Inggris, dalam pertandingan persahabatan, Rabu (3/3/2010).

DUBAI, KOMPAS.com - Bomber Mainz, Mohamed Zidan, akhirnya menjatuhkan pilihan karier berikutnya pada Bani Yas, klub Uni Emirat Arab.

"Aku senang setelah memastikan UEA sebagai tempat bermainku selanjutnya. Aku akan berikan pengalamanku bersama tiga klub Jerman. Aku siap berikan segalanya untuk klub baruku," tandas Zidan kepada Sky Sports.

Delapan tahun Zidan berlaga di Bundesliga bersama Werder Bremen, Borussia Dortmund, dan Mainz.

"Aku gembira dengan kesempatan untuk mengembangkan karier di tempat lain," tegasnya.

Pria berusia 30 tahun itu sebenarnya masih diincar beberapa klub Jerman dan Perancis. Namun, Zidan memilih kompetisi lebih minor. Per musimnya, ia akan dibayar bersih 2,5 juta euro (sekitar Rp 30 miliar) dalam kontrak berformat dua tahun dengan Bani Yas.